1. Burung Condor California
2. Orangutan Sumatera
Orangutan dari Indonesia ini mengalami nasib terancam punah karena hal sama: perburuan dan hilangnya habitat. Selain itu, orangutan sumatra ( Pongo abelii ) sulit bertambah karena siklus reproduksi yang rendah. Satu orangutan betina hanya mampu memproduksi tiga keturunan sepanjang hidupnya.
Sesuai namanya, hiu gangga ( Glyphis gangeticus ) hidup di Sungai
Gangga, India. Penyebab kepunahan spesies ini berasal dari perburuan, hilangnya
habitat karena polusi air, dan meningkatnya penggunaan sungai oleh warga.
4. Gorila Gunung
Populasi gorila gunung ( Gorilla beringei ) berkurang drastis karena
penggundulan hutan, perburuan, dan perdagangan menjadi hewan peliharaan.
Membuat populasi mereka hanya tersisa 720 individu di alam liar.
Meski dilindungi, survei di tahun 1995 menyebutkan jumlah buaya
filipina ( Crocodylus mindorensis ) hanya tersisa 100 individu dewasa.
Black-footed ferret ( Mustela nigripes ) terancam kehidupannya karena
pembangunan fasilitas untuk manusia yang hanya menyisakan habitat kurang dari
dua persen dari ukuran aslinya.
7. Harimau Siberia
Jumlah harimau siberia ( Panthera tigris altaica ) yang masih hidup di
alam bebas diperkirakan hanya berjumlah 350 - 450 individu. Ancaman utamanya
adalah perburuan untuk bulu dan tulangnya.
8. Serigala Merah
Serigala merah ( Canis lupus rufus ) berhasil melewati masa Pleistosen.
Namun, gagal bertahan di dunia modern manusia. Dulunya, serigala ini menyebar
di tengara Amerika Serikat. Tapi populasi serigala merah akhirnya menurun tajam
setelah adanya program kontrol predator dan hilangnya habitat. Diperkirakan
hanya tinggal 100 individu tersisa di alam liar Carolina Utara. 150 lainnya menjadi penghuni fasilitas penangkaran di seluruh AS.
9. Paus Western Gray
Meski sudah dilindungi sejak tahun 1947, populasi paus western gray (
Esrichtiius robustus ) gagal pulih total. Dari 100 individu paus ini, hanya 23
di antaranya betina produktif.
10. Badak Sumatera
Badak Sumatera ( Dicerorhinus sumatrensis ) merupakan spesies badak
terkecil. Biasa ditemukan di hutan hujan atau rawa di India dan Asia Tenggara.
Saat ini jumlahnya diperkirakan hanya tinggal 300 individu. Penyebab utamanya
adalah perburuan ilegal demi cula yang mencapai harga lebih dari Rp 285 jutaan
per kilogram di pasar gelap.
Referensi :
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking